Ketika berpapasan dengan seorang pengidap gangguan jiwa beberapa orang mungkin akan menghindar. Bahkan, beberapa orang justru cuek. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan?
Dijelaskan Dr dr Irmansyah, SpKJ (K), dari RSJ Marzoeki Mahdi Bogor bahwa perilaku menghindari orang dengan gangguan jiwa bukan hal yang positif untuk sang pengidap. Dengan menghindar, yang ada perilaku tersebut malah bisa memicu emosi.
"Kalau kita mau datang orang pada kabur gimana rasanya? Kesal enggak kamu kalau lagi ngumpul terus kamu datang pada kabur?" kata dr Irmansyah pada acara Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Kementerian Kesehatan dan ditulis pada Sabtu (10/10/2015).
Menurut dr Irmasnyah, perlu ditanamkan penerimaan masyarakat ketika melihat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sebagai seseorang yang punya penyakit dan perlu ditolong. Bukannya malah dihindari. Dengan merasa diterima dan tak dihilangkan martabatnya, ODGJ bisa lebih baik lagi dalam menghadapi kondisinya.
"Ngobrol aja dengan mereka. Cari tahu saja kisah mereka kadang-kadang kita bisa dapat inspirasi, surprise mereka punya hal-hal yang luar biasa. Dengan mendengar, mau mendekat saja sudah luar biasa," ujar dr Irmansyah.
"Sikap kita menerima mereka itu sudah sesuatu yang sangat positif. Ini sebetulnya modal untuk pulih bahwa martabat dia dipelihara oleh masyarakat," lanjutnya.
Pada kenyataannya, dr Irmansyah menuturkan kini ODGJ masih sering mendapat diskriminasi dari masyarakat dan tenaga kesehatan sendiri. Akibat negatif dari perlakuan tersebut yakni ODGJ menjadi tertutup dan tak mau terbuka terhadap kondisinya karena takut dikucilkan.
"Kita mungkin selalu ditekan perbedaan makanya kalau ada yang beda kita jaga jarak. Intinya kalau kita menghormati semua orang saya rasa sikap seperti itu tidak terjadi," tutup dr Irmansyah.
sumber : detik.com
Minggu, 11 Oktober 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar